Home » 2023, Ekonomi Digital ASEAN Termasuk Indonesia Diproyeksi Rp 3.476 Triliun
ASEAN Berita Ekonomi Indonesia

2023, Ekonomi Digital ASEAN Termasuk Indonesia Diproyeksi Rp 3.476 Triliun

Ekonomi digital di Asia Tenggara atau ASEAN, termasuk Indonesia diperkirakan akan mencapai total nilai transaksi US$ 218 miliar atau setara Rp 3.476 triliun pada tahun 2023, melonjak 11% dibandingkan tahun lalu.

“Asia Tenggara telah melewati tantangan makroekonomi global lebih tangguh, dibandingkan kawasan lain di seluruh dunia. Kepercayaan konsumen mulai pulih pada paruh kedua tahun 2023 setelah turun ke level terendah pada semester pertama tahun 2023,” demikian laporan terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company bertajuk e-Conomy dikutip CNBC Internasional, Rabu (1/11/2023).

Laporan tahunan ini menganalisis lima sektor utama ekonomi digital di Asia Tenggara, yakni e-commerce, pariwisata, makanan dan transportasi, media online, dan layanan keuangan digital. Laporan ini mencakup enam negara besar ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Laporan ini tidak mencakup penduduk di Brunei, Kamboja, Laos, Myanmar, Timor Timur, dan Papua Nugini.

Laporan tersebut juga mengungkapkan pendapatan ekonomi digital di Asia Tenggara diperkirakan mencapai US$ 100 miliar pada tahun ini, 1,7 kali lebih cepat dari total nilai transaksi di wilayah tersebut. Pemicunya karena perusahaan-perusahaan mengalihkan fokus dari pertumbuhan menjadi profitabilitas, dalam upaya membangun bisnis yang sehat.

“Ekonomi digital di Asia Tenggara benar-benar berada di tengah perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal profitabilitas,” kata Kepala Riset Asia Tenggara di Temasek, Fock Wai Hoong, pada acara “Street Signs Asia” CNBC, Rabu.

Sementara Wakil Presiden Google Asia Tenggara, Sapna Chadha dalam laporan itu mengatakan kunci mendorong pertumbuhan lebih lanjut dalam dekade digital di ASEAN adalah menekan kesenjangan partisipasi digital sehingga banyak masyarakat di Asia Tenggara menjadi pengguna aktif produk dan layanan digital.

“Bisnis online beralih dari memperoleh pengguna berbiaya tinggi, menjadi interaksi dengan pelanggan yang sudah ada dalam rangka menggenjot laba,” kata laporan tersebut.

Laporan tersebut mencatat bahwa platform e-commerce lebih fokus melibatkan pengguna berkualitas, meningkatkan transaksi, serta mencari sumber pendapatan, seperti iklan dan layanan pengiriman untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang. Nilai transaksi bruto sektor ini diperkirakan mencapai US$ 186 miliar pada 2025, naik dari US$ 139 miliar pada 2023. “Asia Tenggara telah menghadapi tantangan ekonomi dengan cara yang sangat baik,” kata Sapna Chadha.

Ketika masyarakat yang tidak memiliki rekening bank atau usaha kecil berpartisipasi dalam ekonomi digital, akan mendorong penggunaan pinjaman online (pinjol). Menurut laporan tersebut, pinjol menyumbang sebagian besar pendapatan layanan keuangan digital senilai US$ 30 miliar.

Laporan itu juga memproyeksi Singapura akan menjadi pasar pinjaman online terbesar di ASEAN pada 2030. Sementara Thailand menilai online travel menjadi pendorong pertumbuhan utama pada 2023, naik sebesar 85% dibandingkan tahun lalu.

Sumber: Berita Satu

Translate