Home ยป Kontribusi BRIN Wujudkan Peta Jalan Ekonomi Biru ASEAN
ASEAN Berita Ekonomi Indonesia

Kontribusi BRIN Wujudkan Peta Jalan Ekonomi Biru ASEAN



Tangerang-Humas BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar 2nd Expert Meeting on the Development of the ASEAN Blue Economy Roadmap: Application of Science, Technology and Innovation yang secara hybrid di Vega Hotel, Tangerang, Rabu (7/6). Pertemuan ini merupakan wujud kontribusi BRIN dalam membahas peta jalan Blue Economy di tingkat ASEAN.

Blue Economy atau ekonomi biru merupakan konsep optimalisasi sumber daya perairan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai kegiatan yang inovatif dan kreatif dengan tetap menjamin keberlanjutan usaha dan kelestarian lingkungan.

Deputi Bidang Kebijakan Riset dan Inovasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Boediastoeti Ontowirjo selaku National Committee on Science, Technology and Innovation (COSTI) Chairperson of Indonesia mengatakan, kegiatan ini menjadi momentum untuk membahas potensi riset dan inovasi. “Ini adalah kesempatan untuk membahas potensi kegiatan penelitian dan inovasi, serta kebijakan yang terkait dengan Peta Jalan Ekonomi Biru ASEAN,” kata Boediastoeti.

Boediastoeti menjelaskan, Indonesia telah melakukan sejumlah diskusi di tingkat regional dan di tingkat nasional yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan membahas kesenjangan, masalah dan kondisi di Kawasan ASEAN mengenai aplikasi ilmu pengetahuan, teknologi dan aplikasi di bawah ekonomi.

“Kami ingin membuat panggilan terbuka untuk peneliti di negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia dan terbuka juga untuk anggota non ASEAN. Kami akan mengundang ahli untuk datang ke Indonesia untuk melakukan penelitian di bidang yang telah kami diskusikan dan kami masukkan ke dalam draft nol,” terangnya

“Jadi masa depan COSTI ASEAN akan diisi dengan banyak kolaborasi dalam kegiatan penelitian yang pada gilirannya akan berdampak signifikan pada peningkatan ekonomi dan penguatan komunitas ASEAN dalam menghadapi setiap potensi tantangan,” sambungnya.

Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM) Ocky Karna Radjasa mengatakan, ekonomi biru mewakili sebuah konsep yang mencakup berbagai sektor, termasuk perikanan, transportasi laut, energi terbarukan, pariwisata, dan bioteknologi kelautan. “Kita menyadari nilai sumber daya yang disediakan oleh laut kita, mulai dari ketahanan pangan dan pengaturan iklim hingga penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi,” kata Oky.

Dalam pertemuan kali ini menurut Oky, pihaknya telah mengumpulkan sekelompok ahli, pembuat kebijakan, penerjemah, dan pemimpin yang terkait dengan pengaturan ekonomi biru. Dia meyakini upaya bersama ini akan membuka potensi lautan sambil menjaga keseimbangannya.

“Sepanjang pertemuan ini, kita akan membahas tiga topik utama, termasuk kesehatan ekosistem laut, akuakultur cerdas, dan pemantauan laut terpadu. Forum ini merupakan jalan penting untuk lebih memperkuat kolaborasi penelitian di antara negara-negara anggota ASEAN lintas multidisiplin.” ungkapnya

“Saya mendorong para peserta untuk aktif dalam diskusi, bagikan pengalaman Anda dan sumbangkan keahlian. Bersama-sama, mari kita identifikasi strategi praktis, praktik terbaik, dan rekomendasi kebijakan yang dapat mengubah ekonomi biru menjadi kekuatan untuk perubahan positif,” harapnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) Robertus Heru Triharjanto mengatakan, ASEAN memiliki kekayaan sumber daya laut yang melimpah dan keanekaragaman hayati serta menawarkan peluang yang tak terhitung jumlahnya untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Lebih lanjut Robertus menerangkan bahwa ekonomi biru yang mencakup semua kegiatan ekonomi yang terkait dengan laut dan samudra telah muncul sebagai mesin yang kuat untuk pembangunan, penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan di wilayah kita. Namun, mengejar ekonomi biru yang berkembang menuntut keseimbangan yang cermat antara kemajuan ekonomi dan melestarikan ekosistem sumber daya laut. Untuk mencapai keseimbangan ini, kita harus memanfaatkan kekuatan sains, teknologi, dan inovasi.

“Saat ini, kita berdiri di atas kekayaan kemajuan teknologi yang menyediakan pemantauan laut dan manajemen sumber daya,” ujar Robertus.

Menurut Robertus, teknologi ruang angkasa telah merevolusi pemahaman tentang laut, memberi pandangan sekilas tentang kecepatan, kompleksitas, dan kerentanannya. Teknologi ruang angkasa juga menawarkan sudut pandang yang unik, memungkinkan kita mengamati lautan kita dari perspektif global, melampaui batas-batas geografis.

“Pemantauan samudra berbasis ruang memungkinkan kita memantau perubahan suhu permukaan laut, kenaikan permukaan laut, arus laut, dan kesehatan terumbu karang,” tambah Robertus.

Teknologi ruang angkasa juga mampu melacak aktivitas penangkapan ikan ilegal, mendeteksi tumpahan minyak, dan mengidentifikasi area potensial untuk akuakultur berkelanjutan. Selain itu, hal ini memberi wawasan sempurna tentang pola iklim, membantu kami memprediksi dan mengurangi dampak perubahan iklim terhadap komunitas pesisir kami.

Dijelaskan Robertus, pertemuan ini bertujuan memetakan arah yang mengintegrasikan sains, teknologi, dan inovasi untuk membuka potensi penuh ekonomi biru kami sambil memastikan keberlanjutan jangka panjangnya. Dengan berkolaborasi diharapkan dapat mengidentifikasi praktik terbaik, mengatasi tantangan, dan memanfaatkan peluang cepat yang dihadirkan oleh pemantauan laut berbasis ruang angkasa.

“Ingatlah bahwa tindakan kita hari ini akan membentuk masa depan masyarakat ASEAN dan generasi yang bergantung padanya. Kita dituntut untuk berpikir melampaui batas dan membayangkan masa depan di mana sains, teknologi, dan inovasi bekerja secara harmonis untuk membangun ekonomi biru yang tangguh dan sejahtera untuk kawasan ASEAN,” tutupnya.

Sumber : BRIN

Translate