Home » ASEAN-BAC ke Myanmar, Bawa Agenda Kerja Sama Soal Ini
ASEAN Berita Ekonomi Indonesia Myanmar

ASEAN-BAC ke Myanmar, Bawa Agenda Kerja Sama Soal Ini



Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) sekaligus Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid bertolak menuju Myanmar. Kegiatan ini sebagai rangkaian ASEAN-BAC Indonesia yang bertujuan memperkuat kerja sama dan stabilitas perekonomian antar negara di ASEAN.

“Seluruh negara ASEAN akan tumbuh bersama dalam hal ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, merangkul seluruh negara ASEAN, termasuk Myanmar,” kata Arsjad dalam keterangan tertulis, Jumat (5/5/2023).

Dalam kunjungan ini, seluruh delegasi ASEAN-BAC berdialog terkait kerja sama ekonomi antara Myanmar dan Indonesia dan mendorong isu prioritas serta legacy program. Salah satunya adalah melalui legacy project ASEAN Business Entity yang diinisiasi keketuaan ASEAN-BAC Indonesia. Adapun ASEAN Business Entity bertujuan meningkatkan dan memberikan insentif investasi intra-ASEAN untuk pengembangan industri dan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Arsjad menekankan bahwa peran sektor bisnis dan swasta dalam menjalin hubungan dagang atau investasi pada energi berkelanjutan penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi ASEAN serta komitmen Net Zero Emission 2060. Terkait hal ini, sektor bisnis dan swasta dari Indonesia tertarik untuk memperdalam relasi hubungan dagang dan investasi dengan Myanmar, khususnya pengembangan ekosistem energi baru terbarukan.

Menurut dia, Myanmar dan Indonesia memiliki potensi energi surya, angin, hidro, bio energi, panas bumi, dan laut yang bisa dimanfaatkan. Khususnya pengembangan energi hidro Myanmar bersama Indonesia yang masuk dalam 20 negara teratas di dunia dengan potensi pembangkit listrik air sebagai energi baru terbarukan, tetapi belum dimanfaatkan.

“Potensi energi baru dan terbarukan ini perlu untuk dikembangkan oleh kedua negara sebagai upaya ASEAN mencapai net zero emission. Myanmar dan Indonesia mampu bekerja sama untuk bisa memanfaatkan energi baru terbarukan ini menjadi pembangkit energi listrik,” ujar Arsjad.

Sementara dalam mineral kritis, lanjut dia, Myanmar memiliki deposit terbesar ketiga di dunia. Myanmar juga kaya akan dysprosium dan terbium atau elemen logam tanah yang merupakan salah satu elemen kritis dalam pembuatan kendaraan listrik.

“Melihat hal ini, Indonesia berharap dapat bekerja sama dengan Myanmar untuk membangun ekosistem industri bagi kendaraan listrik dan baterai. Kerja sama kedua negara mampu membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedua negara,” ujar dia.

Di sisi lain, Myanmar juga mengambil langkah untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik di negara tersebut, termasuk membangun stasiun pengisian dan memberikan izin impor kendaraan listrik ke sembilan perusahaan di negaranya. Insentif ini pun disebut membuka pasar ekspor bagi Indonesia untuk memasarkan kendaraan listrik ke Myanmar.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Direktur dan CEO Indika Energy Azis Armand mengaku pihaknya turut mendukung pengembangan sektor kendaraan listrik di Indonesia dan ASEAN serta mengeksplorasi potensi kemitraan antara Indonesia dan Myanmar.

“Mewujudkan masa depan yang berkelanjutan, Indika Energy berinvestasi pada bisnis rendah karbon termasuk di sektor kendaraan listrik. Kami meluncurkan ALVA, kendaraan listrik roda dua dan ekosistemnya,” ujar Aziz.

Menurut dia, kerja sama investasi dengan negara ASEAN ini akan menjadi langkah baik dalam upaya pengembangan ekosistem EV Indonesia di seluruh rantai nilai.

“Selain Indika Energy perusahaan lain seperti TBS Energy juga telah melakukan pengembangan pada sektor kendaraan listrik di Indonesia melalui perusahaan Electrum. Berbagai industri kendaraan listrik yang mulai bertumbuh menjadi pertanda bahwa Indonesia dan ASEAN mampu untuk menjadi pemimpin dalam ekosistem industri kendaraan listrik,” pungkas dia.

Sumber : CNBCIndonesia

Translate